Written by Hadlir |
Tuesday, 20 October 2009 10:44 |
Adab Membaca Al-Quran Hadlir Al-Quran adalah kitab suci yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril yang kemudian diteruskan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan kepada seluruh umat. Yakni tidak hanya sebatas manusia saja melainkan menyeluruh “rahmatan lil ‘alamin” ke segenap alam. Baik alam gaibah (non fisik) ataupun alam basyariyah (fisikal). Al-Quran adalah satu di antara dua peninggalan Nabi (al-Quran dan al-hadis) dimana seorang hamba tidak akan pernah tersesat dalam mengarungi kehidupan ini selama berpegang teguh padanya. Karena itu dalam beberapa sabdanya nabi Muhammad saw tak henti-hentinya memotifasi umatnya agar selalu menjadikan al-Quran sebagai bacaan utama. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra, Nabi saw menggambarkan bahwa derajat seorang hamba kelak di hari kiamat bergantung pada seberapa gemar, seberapa banyak, serta seberapa istiqamahkah seorang hamba membaca dan mengamalkan al-Quran. “Bacalah, dan terus tambah kualitas dan kuantitas bacaanmu, karena derajatmu di akhirat bergantung pada bacaanmu di dunia.” Dalam kesempatan lain pun Nabi saw berkata kepada para sahabat, “sesungguhnya Allah SWT memiliki keluarga (dari golongan manusia) di dunia ini.” Setelah berkata demikian, kontan, para sahabat bertanya dengan penuh penasaran. “siapakah mereka ya Rasulallah?.” Lalu Nabi saw menjawab, “mereka adalah para ahlul quran (gemar membaca dan mengamalkan al-Quran), mereka semua adalah keluarga Allah yang di khususkan.” (hadis riwayat Anas ra.) Rasanya tidak ada the best family selain menjadi keluarga Allah SWT. Maka masih layakkah jika seorang hamba berpaling lalu mencari keluarga lain selain menjadi bagian dari keluarga besar-Nya. Masih banyak motifasi dan informasi lain tentang keistimewaan membaca al-Quran dari Rasulullah saw yang menjelaskan begitu tinggi dan mulianya al-Quran. Dimana posisi al-Quran tak tergantikan (selain sebagai bacaan primer) pun sebagai sumber dan pedoman hidup. Oleh karena itu, wajar jika ulama menjastifikasi bahwa membaca al-Quran memiliki unsur ibadah “muta’abbad bi tilawatih.” Yakni berpahala jika dibaca dan dosa ketika tidak membaca atau bahkan salah saat membaca. Dari sinilah para ulama merancang beberapa kaidah dan ilmu-ilmu (seperti ilmu tajwid dan qiraah) supaya para pembaca al-Quran lebih berhati-hati dan meminimalisir kesalahan. Namun, tidak hanya cukup di sini saja. Para ulama pun telah merangkum dan menetapkan beberapa tata cara atau adab saat membaca demi menjaga sisi keagungan, kesucian, dan kesakralan al-Quran.
Adab yang dimaksud antara lain; a. Adab yang dimaksud antara lain;
|
Sabtu, 28 November 2009
Adab Tilawah
Guru Ngaji Kyai Dachlan Salim Zarkasyi
Written by santri mbeling | |
Tuesday, 20 October 2009 11:27 | |
1. Mbah Nur Ketika masih berusia anak-anak, Kyai Dachlan belajar mengenal huruf hijaiyah dan membaca huruf-huruf al-Quran dengan Beliau (mbah Nur) di langgar/mushalla. Mbah Nur adalah guru pertama Kyai Dachlan. Meskipun seorang tuna netra, beliau adalah seorang hafidz al-Quran. 2. Kyai Asror Guru Kyai Asror adalah Kyai Badawi, sementara guru Kyai Badawi adalah Syeh `Abdullah. Kyai Asror adalah putra dari K.H. Ridwan yang mana Istri Kyai Ridwan merupakan Adik dari Kyai Badawi. Kyai Ridwan adalah sosok yang rajin dan istiqamah membaca al-Quran, meski tidak hafidz al-Quran atau bahkan sudo rungu, beliau dapat menyimak dan mengoreksi seseorang yang ngaji. Kyai Asror berasal dari Pungkuran, Kauman, Kaliwungu. Meninggal pada tahun -/+ 1978 M. di pondok beliaulah Kyai Dachlan nyantri. 3. Kyai Abdullah Umar Kyai Abdullah Umar berasal dari Kauman, Semarang. Beliau seorang hafidz al-Quran. Sanadnya diperoleh dari Kyai Munauwir Krapyak, beliau juga belajar al-Quran dengan baik pada Kyai Arwani, Kudus. Kyai Abdullah Umar tidak memiliki pondok pesantren layaknya para santri-santri lain yang sukses belajar di pondok, namun beliau tetap mengamalkan ilmunya, yakni dengan membuka pengajian di masjid Kauman Semarang. Selain itu beliau juga sempat menulis buku “Qiraatu ar-rasyidah” yang membahas uraian gharib musykilat. Di majlis inilah Kyai Dahlan menimba Ilmu dari Beliau. Dan dari beliau pula Kyai dahlan diperkenalkan dengan Kyai Arwani (Kudus) yang kemudian mentashih Qiraati. 4. Kyai Turmudzi Beliau berasal dari Demak, Jawa Tengah namun setelah menikah beliau tinggal di Kauman. Selain Kyai Arwani dan Kyai Abdullah Umar, beliau juga termasuk yang ikut mentashih Qiraati, bahkan hingga pada pemenuhan bahasa Arabnya. Guru beliau adalah Kyai Muhammad. Lalu siapa Kyai Muhammad tersebut. Ternyata selidik punya selidik, bahwa Kyai Turmudzi adalah keponakan istri dari Kyai Muhammah. Istri Kyai Muhammad bernama Bunyai Fatimah, beliau menghafal al-Quran setelah menikah dengan Kyai Muhammad. |