Laman

Sabtu, 25 April 2009

Metode Qiraati Buka Cabang KE-74 di Thailand

"Gerakan Mati Televisi" Kiat Tekun Mengaji

  • TPQ Metode Qiraati Buka Cabang di Thailand

ALUNAN ayat-ayat Alquran meluncur dengan fasih dari mulut-mulut mungil sekelompok bocah berusia lima tahun di atas panggung terbuka, di jalan depan Masjid Jamik Baitul Muttaqin, Desa/Kecamatan Karimunjawa, Jepara, Selasa malam pekan lalu. Ribuan orang yang hadir pada pengajian umum dalam rangkaian kegiatan Majlis Mu'allimil Quran (MMQ), pertemuan para guru dan pengasuh taman pendidikan Alquran (TPQ)/taman kanak-kanak Alquran (TKQ) pun terhenyak.

Siapa yang tidak tertegun, anak-anak yang baru masuk TK itu ternyata sudah menguasai cara membaca Alquran dengan baik, sementara di negeri ini yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ternyata masih banyak orang dewasa yang belum bisa membaca kitabullah dengan benar.

Pemandangan anak-anak kecil dengan suara lantang dan fasih mengaji Alquran, sekarang ini memang sudah gampang dijumpai di berbagai tempat. Perkembangan yang spektakuler ini tak lepas dari jerih payah sang perintis metode qiraati, KH Dachlan Salim Zarkasyi (Semarang), yang mulai memperkenalkan kepada umat pada 1986 lalu.

Dari Semarang, TPQ/TKQ akhirnya berkembang cepat di wilayah nusantara. Bahkan, cabang di luar negeri pun mulai dibuka. Thailand adalah yang terbaru dari sejumlah negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, yang mulai tertarik dengan metode qiraati dalam belajar membaca Alquran.

"Koordinator pusat Semarang telah membuka cabang ke-74 di Thailand. Kami sudah mengirim pentashih untuk membimbing para calon guru TPQ di sana," ungkap ustad Bunyamin Dachlan, koordinator Pusat TPQ/TKQ Metode Qiraati.

Putra KH Dachlan Salim Zarkasyi itu menuturkan, hingga sekarang telah terbentuk empat koordinator wilayah (Korwil), yaitu Jateng, Jatim, Jabar (termasuk DKI dan Banten), dan Kalimantan Timur. Jumlah koordinator cabang (Korcab) mencapai 74.

Bunyamin sangat mendukung pelaksanaan MMQ di Karimunjawa, yang diselenggarakan Koorcab (ke-10) Jepara. Tak hanya para pengasuh dan guru TPQ dari kecamatan-kecamatan di Kabupaten Jepara, pengurus asal Jateng, Jatim, dan Jabar juga ikut hadir.

Kurang lebih 800 guru TPQ/ TKQ hadir pada kegiatan yang dimulai 30 Mei-1 Juni lalu. Kepala Kanwil Depag Jateng Drs H Chabib Thoha MA, Bupati Jepara Drs H Hendro Martojo, dan Ketua DPRD Kabupaten Jepara H Ahmad Marzuqi SE serta Muspika Karimunjawa ikut menghadiri kegiatan MMQ.

Menurut ustad Zainal Marlis, kegiatan MMQ di Karimunjawa adalah terbesar yang pernah diadakan. Selama ini pertemuan rutin tiap tiga bulan sekali di kecamatan-kecamatan di Jepara secara bergiliran.

"Pada saat kami tawarkan pertemuan di Karimunjawa, ternyata dari daerah lain tertarik ikut. Panitia sudah menyiapkan akomodasi bagi seluruh peserta," ujar Marlis yang juga putra sesepuh Karimunjawa, KH Abdul Basyir.

Kampanyekan GMT

Tantangan mengajar Alquran kepada anak-anak semakin besar. Jika dulu hingga 1970-an pesawat TV masih belum dijumpai di pedesaan, sekarang ini perkampungan penduduk di tepian hutan dan pulau terpencil pun kebanjiran televisi.

Justru pada saat anak-anak harus belajar -termasuk pelajaran sekolah- pada petang seusai magrib, belasan stasiun televisi menawarkan berbagai acara menggoda.

Untuk menangkal anak agar tidak terganggu konsentrasinya, para guru TPQ diharapkan ikut mengampanyekan "Gerakan Mati Televisi (GMT)" mulai menjelang magrib hingga sesudah waktu shalat Isya. "Para guru TPQ memang sudah kami imbau untuk ikut menyebarkan Gerakan Mati Televisi setelah magrib. Kami harapkan ini mendapat respons positif dari para orang tua," tutur ustad Bunyamin.

Sebab, keberhasilan pendidikan anak tak cukup hanya menggantungkan para ustad/ustadah. Justru pembinaan dan perhatian orang tua di rumah tak kalah penting. Bunyamin mencontohkan, gerakan serupa justru telah dilaksanakan sejumlah wilayah di Yogyakarta. (Sukardi-15s)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar